KEBERHARGAAN SANG WAKTU
Demi matahari, cahaya, dan kehangatanya pada pagi hari. Demi bulan ketika mengiringgi matahari. Demi siang saat menampakkan matahari. Demi malam yang menutupi matahari. Demi langit dan pembuatanya. Demi bumi serta penghamparaannya. Demi jiwa dan penyempurnaanya. Allah mengilhamkan kepada jiwa soal dua pilihan : kejahatan atau kebaikan. Sungguh bahagia orang yang telah menyucikan jiwanya, dan merugilah yang mencemarinya (QS Al-Syams[91]:1-10)
Ayat diatas merupakan salah satu
redaksi ayat Al-Qur’an yang mengunakan kata waktu. Dapat pula kita lihat dari
berbagai redaksi ayat Al-Qur’an yang lain yang mengunakan kata waktu yang
didahului dengan wau qasam yang menunjukkan sumpah, misalnya: Wal-‘ashri (demi
masa), Wadh-dhuha (demi cahaya pagi yang mulai bergerak), Wal-qamari idzatalaha
(demi bulan ketika mengelilingi matahari), Wanahari idza jallaha (demi siang
bila menampakkan matahari). Wal-fajri (demi waktu fajar), dan masih banyak
lagi.
Hal ini menunjukkan betapa sangat
penting dan berharganya waktu sehingga Allah pun harus bersumpah untuknya.
Pepatah Arab pun mengatakan “ waktu bagaikan pedang, jika engkau tidak
memamfaatkanya, ia akan memotong lehermu “.
Masa, waktu, dan zaman akan terus bergerak, tidak dapat dipercepat atau
diperlambat walaupun sedetik. Dan disetiap waktu, situasi pun akan terus berubah dan tidak akan
pernah sama.
Waktu merupakan momentum untuk
berprestasi. Demi masa, demikian Allah bersumpah. Bukan main –main tentunya,
karna Allah menegaskan sesungguhnya
merugilah manusia yang tidak memerhatikan waktu yang dimilikinya. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Ashr ayat 1-3 :
“Demi
masa. Sesunguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian, kecuali orang –
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Menyikapi ayat ini imam Syafi’i
berkata : “ Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya….” Apa
maksudnya ? surat ini merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu.
Dimana orang yang tidak mampu mengunakan waktu dijamin akan merugi . waktu
adalah kunci sukses kita. Dalam buku Tarbiyah Dzatiyah kiat sukses manajemen
diri, mengambil ispirasi dari telaah Imam Syafi’i atas Surat Al-Ashr plus
pengalaman beliau dalam mengoptimalkan waktu, kita lejitkan potensi biasa
dengan prestasi luar biasa. Kuncinya adalah memberdayakan waktu, memberdayakan
diri, memberdayakan sarana, menemukan momentum, melahirkan ide segar, kerja
dengan benar untuk hasilkan karya besar.
Maka sangat merugilah orang yang
tidak menyikapi dan memamfaatkan waktu sebagai sebuah rahmat yang tiada
terhitung nilainya. Sangat perlu bagi kita untuk memaknai dan memamfaatkan
waktu dengan rasa tanggung jawab yang besar. Sehinga, kita dapat mengisi waktu
dengan hal – hal yang produktif dan bermamfaat.
Susunlah tujuan hidup kita dan
buatlah perencanaan kerja berdasarkan kemampuan dengan motto Plan your work and work your plan ;
berkerjalah dengan rencana, kemudian kerjakan rencanamu. Jangan katakan “Ah,
hari esok kan masih ada “.
Siapa yang
dapat menjamin bahwa hari esok kita akan tetap bisa melihat mentari pada pagi
hari?.
Berkhayal
dalam ruang kosong itulah gambaran bagi orang yang hanya pintar membuat
rencana, tetapi tidak melaksanakannya. Hal yang miris pun terjadi dikalangan
umat islam yang dulu memiliki kejayaan di berbagai bidang keilmuan yang kini
masih berjalan ditempat tetapi tidak melakukan karya nyata. Manusia modern
sudah berbincang tentang kehidupan di bulan, tetapi umat islam masih riuh
membicarakan hal – hal yang seharusnya tidak perlu dibahas dengan perdebatan –
perdebatan yang cenderung mempertajam perbedaan dikalangan umat .
Ibarat selembar kertas kehidupan,
waktu terus kita tulis dengan coretan – coretan kalimat kerja dan prestasi.
Dimana setiap detik nafas kehidupan yang kita miliki selalu berisikan dengan
kreasi dan karya – karya yang yang tak hanya dapat dinikmati diri sendiri namun
dapat dinikmati banyak orang.
Perlu kita ketahui bahwa eksistensi
kita dimuka bumi ini bukan sekedar menambah jumlah penduduk dan kita
bukanlah sekedar objek tetapi juga
sebagai subjek dibumi ini.
Maka jangan
pernah kita melewatkan waktu kita tampa makna dan tampa kerja. Apa yang kita
raih pada masa yang akan datang sangat ditentukan dengan apa yang kita lakukan
pada saat ini; what we are going tomorrow we are becoming today.
Dan berkaryalah sebanyak – banyaknya dengan waktu
yang telah kita miliki. Sesungguhnya, kewajiban seorang manusia di bumi lebih
banyak dari pada waktu yang tersedia.
By : Ika Damayanti